Wisata Laut Merah Banyuwangi
Pantai Pulau Merah Banyuwangi
TEMPAT WISATA BANYUWANGI
“PANTAI PULAU MERAH BANYUWANGI”
Mengunjungi Pantai Pulau Merah Banyuwangi adalah agenda yang tak mungkin Anda lewatkan saat berkunjung ke Banyuwangi. Malahan pantai ini mempunyai reputasi yang siap menyaingi Pantai Kuta di Bali berkat sejumlah daya tariknya, termasuk ombak yang digemari para peselancar.
Dengan potensi yang menjanjikan, apa saja hal menarik yang wajib Anda lihat saat menyambangi Pantai Pulau Merah?
Sejarah hingga mitos Pantai Pulau Merah
Sebelum membahas atraksi turis, mari kita pelajari dulu sejarah Pantai Pulau Merah. Dulunya, pantai ini dikenal dengan nama Pantai Ringin Pintu oleh penduduk sekitar. Pada akhirnya diubah jadi Pantai Pulau Merah Banyuwangi karena adanya bukit kecil yang terletak di tengah laut dengan tanah warna merah. Tanah merah tersebut akan semakin ‘menyala’ saat tertimpa cahaya matahari terbenam, terutama saat musim kemarau tiba.
Pantai Pulau Merah, seperti sejumlah pantai di bagian selatan Jawa, tak lepas juga dari mitos. Warga sekitar mengatakan bahwa warna merah pada tanahnya muncul akibat sebuah kilatan cahaya merah misterius. Kemudian, di sana terdapat pura bernama Pura Tawang Alun yang tetap berdiri meski pernah dilanda tsunami setinggi 13 meter pada 1990.
Berbagai kegiatan seru di Pantai Pulau Merah
Sekarang, Pantai Pulau Merah menjelma menjadi destinasi wisata favorit di Banyuwangi. Hamparan pasir putihnya membentang sekitar tiga kilometer dengan bukit kecil cantik setinggi 200 meter di sekitar bibir pantai. Di bagian timur Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Anda bakal melihat pegunungan dan matahari terbenam yang memikat saat beralih ke bagian barat. Ada pula pohon mangrove yang akan melindungi pantai dari kerusakan.
Ombak setinggi dua meter dengan panjang 300 meter menjadi magnet yang berhasil menarik surfer dari berbagai negara untuk datang ke Pantai Pulau Merah. Karakter ombaknya lebih bersahabat kalau Anda bandingkan dengan ombak di Pantai Plengkung, tetapi hal tersebut yang membuatnya disambung hangat para peselancar pemula.
Kurang suka surfing atau ingin menjajali kegiatan lain? Anda dapat menyalurkan hobi memancing dengan menyewa jasa perahu nelayan di Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Selain itu, pecinta wisata bahari dapat menikmati keindahan biota laut melalui snorkeling. Sementara Anda yang tidak menyukai kegiatan di laut bisa mendaki bukit yang terletak di sekitar bibir pantai hingga menikmati jajanan khas dari para penjaja makanan dan minuman.
Tempat menginap di sekitar Pantai Pulau Merah
Menemukan penginapan di Pantai Pulau Merah relatif mudah karena lokasi ini termasuk populer di Banyuwangi. Beberapa penduduk lokal menyediakan homestay di sekitar pantai dengan harga sewa dari Rp100.000 per malam. Fasilitas-fasilitas homestay yang berlokasi di sekitar pantai pun sudah setara dengan hotel seperti televisi, kamar tidur, pendingin ruangan, dan tambahan kasur. Anda bisa sesuaikan tarifnya di Pantai Pulau Merah Banyuwangi berdasarkan kebutuhan.
Akses dan rute menuju Pantai Pulau Merah
Pantai Pulau Merah bertempat di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi, lebih tepatnya di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran. Selain itu, pantai tersebut masih satu rangkaian dengan Pantai Teluk Ijo, Pantai Pancer, serta Pantai Sukamade. Jika Anda melakukan perjalanan dari pusat kota Banyuwangi, Anda akan menempuh jarak sekitar 60 kilometer atau memakan waktu tempuh tiga jam perjalanan. Jalan hingga transportasi umum yang tersedia juga sudah sangat mendukung turis yang mau berkunjung.
Apabila Anda memilih transportasi publik ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi, mulai perjalanan dari Terminal Jajag. Kemudian, carilah bus mini yang mengarah ke Terminal Pesanggaran yang berada di Kecamatan Pesanggaran. Dari sana, Anda dapat lanjutkan memakai ojek menuju Pantai Pulau Merah.
Sementara kalau Anda membawa kendaraan pribadi seperti mobil, ada dua rute yang bisa diambil. Rute satu dimulai dari arah barat Banyuwangi, diawali dari Kecamatan Genteng ke Kecamatan Pesanggaran dan dilanjutkan ke Pantai Pulau Merah. Bila dari arah timur Banyuwangi atau Situbondo, Anda bisa ambil rute dari Kecamatan Jajag ke Kecamatan Pesanggaran menuju Pantai Pulau Merah.
Demikian informasi seputar Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Semoga perjalanan Anda lancar dan aman!
Explore De Djawatan, Alas Purwo dan Pulau Merah, De Djawatan adalah hutan wisata yang berlokasi di Benculuk, Cluring, Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekitar 6 hektar. Pepohonan di De Djawatan adalah trembesi yang dipenuhi dengan tumbuhan epifit. Pengunjung sering kali berfoto dengan latar pemandangan pepohonan epifit ini. Kami sajikan paket wisata De Djawatan, Alas Purwo dan Pulau Merah dalam satu hari start Kota Banyuwangi dengan paket private tidak digabung dengan tamu lain.
Laut Merah (bahasa Arab: البحر الأحمر al-Bahr al-Ahmar — pada Abad Pertengahan disebut بحر القلزم Bahr al-Qulzum; bahasa Ibrani: ים סוף Yam Suf; bahasa Tigrinya: ቀይሕ ባሕሪ? QeyH baHri) atau Laut Teberau adalah sebuah teluk besar di sebelah barat Jazirah Arab yang memisahkan benua Asia dengan Afrika. Jalur ke laut di selatan melewati Babul Mandib dan Teluk Aden sedangkan di utara terdapat Semenanjung Sinai, Teluk Suez dan Teluk Aqaba. Laut ini di tempat yang terlebar berjarak 300 km dan panjangnya 1.900 km dengan titik terdalam 2.500 m. Laut Merah juga menjadi habitat bagi berbagai makhluk air dan koral.
Walaupun sering dikaitkan dengan berbagai cerita pada masa lampau, tetapi sampai abad ke-20, orang Eropa menyebutnya "Teluk Arab", sedangkan Herodotus dan Ptolemeus menyebutnya "Arabicus Sinus". Air Laut Merah sendiri sebenarnya tidak beda dengan air laut yang lain.
Penjelasan-penjelasan ilmiah menyebutkan bahwa warna merah di permukaan muncul akibat Trichodesmium erythraeum yang berkembang. Ada juga yang menjelaskan bahwa namanya berasal dari gunung yang kaya mineral di sekitarnya dan berwarna merah.
Laut ini muncul karena pemisahan Jazirah Arab dari benua Afrika yang dimulai sekitar 30 juta tahun yang lalu dan masih berlanjut sampai sekarang. Suhu permukaan laut selalu konstan sekitar 31-35°C dengan jarak penglihatan 200 m. Namun, sering terjadi angin kencang dan arus lokal yang membingungkan.
Kota-kota yang terdapat di pesisir Laut Merah antara lain: Jeddah, Sharm el Sheikh, Pelabuhan Sudan, dan Eilat. Pada 1950-an, Hans Haas menemukan Laut Merah sebagai tempat menyelam dan kemudian oleh Jaques-Yves Costeau.
Pantai Pulau Merah Banyuwangi:
Pantai Pulau Merah Banyuwangi sebelumnya dikenal dengan nama Pantai Ringin Pintu. Baru dikenal sebagai Pulau Merah karena tanah bukit di bibir pantai berwarna kemerahan.
Pantai Pulau Merah berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran. Berikut jaraknya dari kota hingga bandara.
Pantai Pulau Merah Banyuwangi mematok biaya masuk. Harga tiket masuk untuk menikmati keindahan pantai sepuasnya Rp 10.000.
Pengunjung yang membawa kendaraan harus membayar parkir. Tarifnya Rp 2.000 untuk kendaraan roda dua, Rp 5.000 untuk roda empat, dan Rp 10.000 untuk roda enam.
Negara yang berbatasan
Negara yang berbatasan dengan Laut Merah adalah:
Penyeberangan Laut Merah (atau Penyeberangan Laut Teberau; bahasa Ibrani: קריעת ים סוף, Kriat Yam Suph; bahasa Inggris: Crossing of the Red Sea) adalah bagian dari perjalanan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir yang dipimpin oleh nabi Musa dicatat dalam Kitab Keluaran 13:17–14:29. Ketika itu Bani Israel baru saja meninggalkan Mesir dan mengembara ke padang gurun. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Bani Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan pergi ke tanah Kanaan yang telah dijanjikan kepada mereka. Allah memerintahkan mereka keluar pada waktu malam. Awalnya Firaun membiarkan mereka pergi, setelah mengalami tulah semua anak sulung orang Mesir meninggal. Tetapi kemudian, Firaun mengejar Bani Israel ini dengan kereta hingga ke Laut Merah. Orang-orang Israel ketakutan karena mereka tidak dapat melawan dan pasti akan ditawan kembali. Namun Nabi Musa menyatakan bahwa Allah bersamanya dan memberi petunjuk kepadanya.
Atas perintah Tuhan Allah, Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Allah menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.[1]
Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka—segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda—sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, Allah yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir."[2]
Berfirmanlah Allah kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah Allah mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka.[3]
Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu Allah menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan Allah terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada Allah dan mereka percaya kepada Allah dan kepada Musa, hamba-Nya itu.[4]
Sampai sekarang, lokasi sebenarnya belum ditemukan.
Kisah ini juga disebutkan dalam Al-Quran Surah 26 Asy-Syu'ara'[7] dan Surah Yunus.[8] Dalam Al-Quran, Allah swt. menjanjikan bahwa mayat Firaun akan diselamatkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi manusia yang tinggal di bumi sekarang.[9] Sejumlah pakar arkeologi menyatakan telah menemukan mummi dari Firaun yang tenggelam itu dan kini dipamerkan di Museum Mesir.
Berdasarkan penelitian Maurice Bucaille, diyakini bahwa Firaun yang tenggelam itu adalah Firaun Merneptah; yang jasadnya dapat diselamatkan orang-orang Mesir setelah ditenggelamkan oleh Laut Merah dan kemudian dimumikan.[10]:148-155, 156-160,[11]:237-239
Hari Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan terjadi pada hari ke-10 bulan Muharam. Hari ini dinamakan Hari Asyura dan sudah diperingati sebelum zaman Nabi Muhammad. Ketika masuk ke kota Madinah, Nabi Muhamad mendapati orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura. Orang Yahudi menjelaskan kepada Nabi bahwa pada hari itu, Nabi Musa telah diselamatkan dari kejaran tentara Firaun.[12]
Pantai Pulau Merah merupakan salah satu ikon pariwisata Banyuwangi. Pantai ini cocok untuk bersantai hingga menjajal olahraga menantang.
Pantai Pulau Merah berada di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Dari Taman Blambangan di pusat kota Banyuwangi, jaraknya sekitar 71 km yang bisa ditempuh dengan kendaraan selama sekitar dua jam.
Pantai ini dikenal dengan bukit hijaunya yang berada dekat bibir pantai. Tanah dari bukit ini berwarna merah sehingga disebut Pulau Merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukit ini menjorok ke arah tengah laut. Pengunjung dapat berjalan kaki menuju bukit tersebut saat air laut surut.
Pantai Pulau Merah menyuguhkan pemandangan yang sedap dipandang. Selain itu, pantai ini juga dikenal dengan ombaknya yang tinggi. Cocok bagi wisatawan yang gemar berselancar. Tak heran banyak wisatawan mancanegara yang menjajal ombak di Pantai Pulau Merah.
Bahkan pada 2013, Presiden Indonesia Surfing Association (INSA) Jro Made Suparta Karang mengatakan Pantai Pulau Merah memiliki kelebihan, jika dibandingkan titik surfing lainnya di Banyuwangi, G-land. Seperti dikutip dari situs resmi Pemkab Banyuwangi.
Waktu itu Jro menerangkan salah satu alasannya. Menurutnya, ombak di G-land hanya cocok untuk surfer profesional. Sebab lebih menantang. Sementara ombak Pulau Merah bisa untuk surfer amatir dan profesional.
"Ini peluang untuk menjadi family surf tourism karena bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan. Surfer bisa mengajak keluarga atau temannya yang bukan profesional," kata Jro.
Waktu itu Jro juga mengibaratkan Pulau Merah sebagai mutiara yang baru digali. Saat ini, pantai ini sudah menjadi salah satu sudut yang dibanggakan Banyuwangi.
"Ada pulau yang menjulang di tengah lautan. Pantainya lebar dan panjang, pasirnya bagus dan bersih," imbuh Jro.